Monthly Archives: June 2013

Every Second Counts


Tiket sudah ditangan, kereta sudah didepan mata, panggilan akhir sudah terdengar, tinggal selangkah lagi saya akan pergi ke Semarang. Namun ternyata keputusan akhir berkata berbeda, seperti layaknya suatu film, akhirnya saya memutuskan untuk tidak berangkat ke Semarang. Sekitar dua menit sebelum keberangkatan saya sudah sampai di stasiun. Dua menit yang sangat berarti karena saat itulah diambil keputusan yang sangat penting bagi saya. Apakah saya tetap berangkat ke Semarang atau tidak. Seperti tahun-tahun sebelumnya saya tidak pernah melewatkan sekalipun acara ini, namun tahun ini berbeda, ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan disini, di Bandung.

“Everything can still changes even a second before it’s too late”
– Anselmus –

Advertisement
Tagged , , ,

One Book A Month


One Book A Month merupakan “proyek” yang saya lakukan mulai bulan ini. Terinspirasi dengan hal serupa yang dilakukan oleh teman saya, saya mencoba untuk mengikutinya karena saya rasa cara ini cukup bagus untuk diterapkan jika saya ingin membiasakan membaca. Sangat jelas terlihat dari judulnya bahwa dalam satu bulan saya akan “membaca” atau mungkin lebih tepatnya akan membeli buku untuk dibaca minimal satu buku dalam sebulan.

Untuk bulan ini saya membeli satu buku yang berjudul “Semut Merah 75” yang bercerita tentang kisah pelajar Indonesia di luar negeri. Kenapa saya ingin membaca buku ini kerena saya memang berkeinginan juga untuk mencoba belajar lagi diluar negeri. Saya harap dengan membaca buku ini dapat tau lebih jauh tentang belajar di luar negeri.

Semut Merah 75

Semut Merah 75

“A room without a book is like a human without a soul”
– Someone –

Tagged , , ,

A Hundred: A Lifetime Project


Dengan adanya partner baru, kamera Olympus TG-1, muncullah ide untuk melakukan suatu proyek seumur hidup, A Hundred. Merupakan proyek fotografi dengan tujuan untuk mencari foto suatu objek atau kejadian tertentu sebanyak 100 foto. Mengapa saya sebut seumur hidup karena apa yang ditemukan suatu saat bisa menjadi satu set foto tersendiri dan tentunya bisa jadi akan banyak muncul suatu hal random yang ingin diabadikan. Beberapa kelompok foto sudah coba saya pikirkan seperti wajah, ekspresi marah atau sedih, telapak tangan, bunga, monumen, dan lainnya yang tentunya belum tentu dalam satu momen bisa mendapatkan 100 buah foto sekaligus. Mungkin dalam satu set bisa memerlukan waktu sehari, seminggu, sebulan, atau bahkan mungkin bertahun-tahun untuk menjadi lengkap.

Proyek ini bukanlah suatu hal yang baru, banyak diluar sana yang sudah melakukan hal-hal yang serupa atau bahkan lebih ekstrim lagi. Seratus foto merupakan jumlah yang bisa dibilang sedikit tetapi tentunya dengan sedikit niat pastinya akan menjadi suatu yang menarik untuk didokumentasikan.

“A photo is a snapshot of your life that will never fade away”
– Anselmus –

Tagged , ,

My New Partner


Beberapa bulan lalu saya sempat menginginkan camera yang “kuat” di segala medan. Setelah gugling sana-sini akhirnya saya tentukan untuk membeli Olympus TG-1 yang katanya di salah satu artikel yang pernah saya baca merupakan Top 5 kamera terbaik di dunia untuk segala medan.

Olympus TG-1

Olympus TG-1 (www.fotovilag.hu)

Selain karena ketangguhannya di segala medan; dalam air, tempat dingin, terjatuh, berdebu, dan lainnya, satu hal yang membuat saya tertarik dengan kamera ini adalah adanya kemampuan untuk menambahkan lensa tambahan. Kamera ini bisa ditambahkan dua jenis lensa lagi yaitu lensa tele dan lensa fish eye. Bagi saya hal tersebut sudah sangat cukup untuk menggantikan suatu kamera DSLR, yang memang kamera ini ditujukan untuk “jalan-jalan” di daerah yang mungkin kurang cocok untuk DSLR.

Setelah yakin ingin membeli kamera ini, saya mulai mencari-cari toko baik online maupun offline yang menjual kamera ini. Ternyata di Indonesia, Olympus TG-1 tidak dijual, saya sudah mencarinya ke beberapa tempat di Bandung dan sempat mampir ke Jakarta namun nihil bahkan situs resmi Olympus untuk Indonesia tidak menawarkan produk ini. Saat menyerah mencari penjual kamera ini secara offline, saya mulai berpindah ke online dan saya menemukan penjualnya, dengan antusias saya bertanya mengenai harga dan ketersediaan barang. Saat itu harga yang ditawarkan adalah sekitar 4,2jt namun sayang saat itu stok tidak ada, saya harus pesan terlebih dahulu.

Sambil menunggu ketersediaan barang, saya iseng coba mencari di toko online luar negeri dan ternyata harga yang ditawarkan jauh dari harga di Indonesia. Dengan niatan untuk mendapatkan harga seminimal mungkin saya mencoba menghubungi teman saya yang sedang berada di luar negeri tepatnya di Jepang. Saat itu saya meminta tolong untuk mencarikan kamera yang saya inginkan disana dan ternyata setelah berminggu-minggu saya mendapatkan kabar bahwa harga disana cukup miring yaitu 30rb yen atau sekitar 3jt rupiah. Saya sangat terkejut melihat perbedaan harga yang ada. Akhirnya tanpa pikir panjang saya beli kamera melalui teman saya yang ada di Jepang.

Setelah beberapa minggu berlalu akhirnya kamera yang saya beli sampai di tempat kost saya. Saya langsung coba kameranya dan semua sesuai dengan apa yang dijanjikan. Satu hal yang membuat saya takjub adalah satu fitur dari kamera yang memungkinkan untuk melakukan pengisian baterai dengan laptop menggunakan kabel USB. Melihat hal itu saya langsung iseng mencolokkan kabel USB tersebut ke power bank yang saya miliki dan sesuai dengan perkiraan, kamera bisa di charge dengan power bank. Satu hal yang mungkin tidak semua kamera bisa melakukannya tetapi sangat berguna sekali di masa-masa sekarang ini.

Dengan adanya kamera baru ini saya menjadi lebih sering foto-foto hal-hal yang jelas sampai tidak jelas. Dibawah ini beberapa hasil foto dari Olympus TG-1.

Hasil Kamera Olympus TG-1

Hasil Kamera Olympus TG-1 (1)

Hasil Kamera Olympus TG-1 (2)

Hasil Kamera Olympus TG-1 (2)

“Be patient and something good will follow”
– Anselmus –

Tagged , ,